10 Nomor Menarik Dalam Sejarah Sains

10 Nomor Menarik Dalam Sejarah Sains – Berikut 10 angka yang kita gunakan setiap hari untuk mewakili angka dan nilai angka apa pun dalam hidup kita. 10 bilangan ini dikenal dengan sistem bilangan Hindu-Arab. Sistem bilangan Indo-Arab adalah sistem 10 bilangan yang disebut juga bilangan desimal. Dengan menyusun angka-angka tersebut, kita dapat dengan mudah dan mudah membuat angka berapapun. Misalnya seribu bisa ditulis 1000 dan tiga puluh delapan ribu enam ratus dua puluh lima bisa ditulis 38625.

Sistem bilangan Indo-Arab memiliki keunikan karena angka ‘0’ dibaca nol atau nol. Tahukah Anda bahwa ‘0’ adalah bilangan terakhir yang terbentuk dalam sistem bilangan ini? Menurut sejarah, Safar baru lahir antara abad ke-7 dan ke-9. Sebelumnya, angka nol tidak memiliki simbol yang mewakilinya. Entah gagasan tentang kehampaan atau tidak sama sekali untuk waktu yang lama. Namun merepresentasikan simbol dari sesuatu yang tidak ada belum dipraktikkan sebelum abad ke-7.

10 Nomor Menarik Dalam Sejarah Sains

10 Nomor Menarik Dalam Sejarah Sains

Misalnya, tidak ada angka nol dalam sistem angka Romawi. Ketika nilai angka meningkat, simbol-simbol baru akan diperkenalkan. Misal V lambang untuk 5, X untuk 10, L untuk 50, C untuk 100 dan M untuk 1000. Itu banyak sekali lambang yang perlu diingat angka romawi. Dan sistem bilangan ini tidak mudah digunakan, apalagi untuk mencatat bilangan yang besar.

E-nota Power Sains Tingkatan 4 103m/s

Di Eropa, sistem bilangan Indo-Arab baru mulai mengalami perubahan pada abad ke-12 melalui Kitab Matematika Islam Al-Khawarizmi.

Di Eropa Inilah sebabnya mengapa sistem bilangan yang paling banyak digunakan di dunia dikenal dengan sistem bilangan Indo-Arab karena berasal dari negara-negara Arab dan India.

Sejak saat itu, hampir semua sistem bilangan di dunia menyesuaikan dan memasukkan angka nol ke dalam sistem bilangannya masing-masing. Dan sebagian besar sistem bilangan modern masih mempertahankan bentuk asli angka nol, baik dalam lingkaran maupun titik.

Lagi pula, antara bangsa Arab dan India, siapakah yang pertama kali menciptakan sistem dengan angka nol di dalamnya?

Showcase Your Research Globally In Just 5 Minutes!

Ini adalah pertanyaan yang sering diperdebatkan oleh para ahli matematika. Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus mengacu pada sisa-sisa sejarah yang tidak ada tulisannya. Untuk ini pertama-tama kita akan membuat tabel klasifikasi berdasarkan tanggal. Dengan demikian, artefak sejarah paling awal adalah bukti pencipta sistem bilangan desimal dan eksponensial.

Di Gwalior, India, terdapat sebuah kuil peninggalan dinasti Gujra-Partihar, tempat ditemukannya prasasti Safar. Prasasti Gwalior mencatat luas lahan pertanian masyarakat di sana berukuran 187 hasta hingga 270 hasta. Angka 270 mempunyai lingkaran nol. Inilah bukti sejarah nol ditemukan di India.

Matematikawan Islam Al-Khwarizmi menulis buku berjudul Kitab al-Jam wal-tafreeq b Hisab al-Hind yang artinya kitab perhitungan berdasarkan angka India. Ada kode nol (???) di buku ini. Meski salinan asli buku tersebut telah hilang, namun terjemahan Latin dari buku tersebut masih ada dengan judul Algoritmi de numero indorum. Terjemahan Latin ini sampai ke Eropa dan angka nol diterjemahkan menjadi ziperum lalu menjadi nol. Ini adalah bukti sejarah bahwa Safar digunakan di negara-negara Arab.

10 Nomor Menarik Dalam Sejarah Sains

Prasasti Batu Kapur merupakan prasasti dari Kerajaan Melayu Servijaya. Bersamaan dengan huruf tersebut, tertulis angka 608 dengan angka nol di atas batu berbentuk lingkaran. 608 berarti tahun prasasti ini adalah tahun 608 M, sama dengan tahun 686 M. Prasasti ini ditulis dalam bahasa Melayu kuno dengan aksara Pallawa. Prasasti ini mendahului prasasti Gwalior dan Kitab al-Khawarizmi.

Sains Tingkatan 2

Batu lain yang bertuliskan sisa-sisa Kerajaan Melayu Sriwijaya ditemukan di Palembang. Bersamaan dengan huruf tersebut, tertulis angka 606 di atas batu yang merupakan angka nol berbentuk lingkaran. Tahun 606 mengacu pada tahun batu yang tertulis pada batu ini, yaitu tahun 606 Saka sama dengan tahun 684 Masehi. Prasasti ini juga ditulis dalam bahasa Melayu kuno dengan aksara Pallawa.

Di negara kaya Kamboja, yang dulunya merupakan Kerajaan Khmer kuno, ditemukan prasasti angka nol. Nomor huruf pada prasasti ini adalah 605, dari situ diketahui tahun prasasti ini adalah tahun 605 M, yaitu sama dengan tahun 683 M. Prasasti tersebut ditemukan pada tahun 1931 namun konon telah dihancurkan oleh rezim Pol Pot. Namun pada tahun 2013, pemerintah Kamboja mengumumkan bahwa prasasti tersebut telah ditemukan kembali.

Ini adalah prasasti lain yang bertahan dari kerajaan Melayu Sriwijaya dan juga merupakan prasasti tertua di dunia. Pada prasasti ini tercatat angka 605 atau 604 dengan angka nol yang sama seperti pada prasasti Toyo dan Batu Kapur. Para sejarawan berbeda pendapat dalam cara membaca tulisan pada batu tersebut, karena angka tiga pada prasasti tersebut tidak tepat empat atau lima.

Pada prasasti ini tertulis tahun 605 atau 604. Tanggal prasasti ini adalah 605 atau 604 Saka yang setara dengan tahun 682 atau 683 c. Dengan demikian prasasti Kedukan Bukit lebih tua atau mirip dengan prasasti Samboran. Namun berdasarkan penelitian Prof. Emeritus Shahr Muhammad Zain, matematikawan Malaysia dalam studinya. Aksara Kedukan Bukit lebih tua dibandingkan dengan aksara Amiran. Hal ini menjadikan prasasti Bukit Kedukan sebagai bukti Safar tertua di dunia.

Planetarium Negara Added A New Photo.

Pada tahun 2019, Prof. Emeritus Dr. Shahrir Muhammad Zain telah menghasilkan penelitian tentang sistem desimal tertua di dunia dan menemukan bahwa seorang sarjana Melayu dari Malaysia (istilah untuk Kepulauan Melayu) dari Sriwijaya adalah pencetus sistem aslinya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Malaysia sangat tinggi dalam hal pengetahuan. Bagi yang tertarik membaca jurnal penelitian Profesor Shahrir, link jurnal tersebut dapat dilihat di sini.

                Namun dunia tidak tertarik dengan misi ini. Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab kita semua untuk menyampaikan informasi tersebut kepada masyarakat agar semakin banyak masyarakat yang mengetahui fakta tersebut dan kita dapat mengetahui makna sejarah dari penemuan tersebut. Semoga hal ini dapat memacu kita untuk mengkaji sisa-sisa sejarah kita dengan lebih serius.

Kami belajar matematika sejak usia muda. Operasi matematika seperti penjumlahan dan pengurangan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

10 Nomor Menarik Dalam Sejarah Sains

Oleh: Azad Shedi Di antara sekian banyak serangga, kecoa adalah salah satu makhluk Tuhan yang paling menakutkan, terlucu dan paling menakutkan. Mengapa?

E-book Latihan Power Sains Tingkatan 1 122m/s

Meskipun otak manusia adalah struktur paling kompleks di alam semesta, ia mampu mengalahkan komputer tercanggih sekalipun…

Burung Cendrawasih (Bird of Paradise, Lophorina superba) ini terkenal dengan bulunya yang berwarna hitam ‘wanta black’ yang mampu menyerap 99,95% cahaya.

Artikel Terkait

Leave a Comment